Kamis, 24 Januari 2008

Siapa Suruh Jadi KPU

Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Abdul Hafiz Anshary mengeluhkan bahwa beban yang harus mereka pikul saat ini begitu berat. Sementara, uang kehormatan dan honorarium yang diterima tidak begitu seberapa. Karena itu, KPU mengusulkan agar ada tambahan tunjangan khusus (insentif) yang memadai.
Keluhan ketua KPU itu sungguh menggelikan dan menyedihkan. Menggelikan karena terkesan mereka begitu cengeng. Rasanya sangat lucu bila mereka yang dulu berebut menjadi anggota KPU, kini mengeluh karena kebanyakan beban.
Siapa yang dulu menyuruh menjadi anggota KPU? Kalau tidak siap menghadapi kerja yang menumpuk, ya lebih baik jangan menjadi anggota KPU. Tentu bukan hal baru bila dikatakan mengurusi pemilu bukanlah hal gampang.
Segudang persoalan menumpuk di sana. Dari penyiapan logistik, verifikasi peserta pemilu, hingga menghadapi sengketa pemilu. Semua itu tentu membutuhkan tenaga dan perhatian ekstra. Belum lagi, resiko lain yang terkait dengan keselamatan diri yang setiap saat bisa datang.
Lalu, mengapa menyedihkan? Karena, ada kesan kuat bahwa kita ini memang sudah sangat materialistik. Apa yang kita kerjakan selalu diukur dengan nominal uang. Jiwa pengorbanan dan pengabdian kepada negara seakan sudah lenyap tertutup oleh kepentingan materi.

Selengkapnya Click>>http://rakyatlampung.com/ halaman Opini

Tidak ada komentar: